Selasa, 02 Oktober 2012

KEPERCAYAAN. DIKHIANATI?

Untuk percaya pada sesuatu atau seseorang itu terkadang tak bisa dipastikan. Ada kalanya dengan mudah-nya kita percaya pada sesuatu atau bahkan seseorang, atau ada kalanya juga sebaliknya. Terlebih ketika kepercayaan itu disalah-gunakan.

Kali ini saya berbicara tentang "Kepercayaan yang dikhianati". Dalam hal ini yang saya maksudkan adalah berbagai jenis kepercayaan. Kepercayaan orangtua pada anak, kepercayaan sahabat, kepercayaan anggota team, dan mungkin kepercayaan kepada orang terdekat atau terkasih.

Percaya. Kata tersebut sering meluncur dari bibir kita. Mudah memang mengucapkan dan menjabarkan defenisinya. Bahkan kita mampu menjelaskan apa saja indikator dari satu kata tersebut. Banyak orang yang mengganggap bahwa untuk mempercayai seseorang maka dibutuhkan keberanian. Berani sakit hati atau kecewa jika kepercayaan tersebut disalahgunakan.

Ya, hal itu memang benar. Negara kita sendiri merupakan contoh nyatanya. Saat ini sedang marak kampanye besar-besaran oleh para calon pemimpin daerah kita. Mereka mengungkapkan banyak sekali janji, yang beberapa dari itu benar-benar menarik perhatian bahkan kepercayaan masyarakat. Namun, tak ada yang menjamin apakah kepercayaan masyarakat yang diwujudkan dengan suara mereka dalam pemilihan umum, benar-benar dapat dijaga oleh pemimpin tersebut. Apakah janji-janji tersebut benar-benar terwujud? Saya tidak perlu memberikan penilaian disini. Anda sendiri sudah mampu melihat dan menilainya sendiri.

Tidak hanya terjadi pada pemimpin-pemimpin saja, penyalah-gunaan kepercayaan ini juga kerap terjadi di dalam hubungan dekat, baik antara anak-orangtua, kekasih, dan pertemanan.
Terkadang, seorang anak akan menyalahi aturan orangtua demi kesenangannya sendiri, bahkan berbohong. Hal itu salah, tetapi seperti sudah mendarah-daging menjadi satu hal yang dibenarkan. Tak hanya itu, kerap kali dalam hubungan kekasih, lelaki atau wanitanya, salah satunya mungkin akan mengkhianati kepercayaan dalam hubungan mereka. Berselingkuh, contohnya.

Bagaimana mengatasi hal ini? Bagaimana agar kita mampu menjaga kepercayaan orang lain pada kita? Dan bagaimana agar tidak terlalu kecewa ketika kepercayaan kita disalahgunakan?
Jawabannya : Saling berbenah diri. Hal itu tergantung pada pribadinya. Ada baiknya jika kita memang tidak mau dan tidak suka dikhianati, maka berusahalah untuk tidak melakukan hal yang sama pada orang lain.
Anggap saja jika anda yang dikhianati, maka apa yang akan anda lakukan. Kemudian bayangkan, harapan-harapan orang-orang yang percaya kepada anda sepenuhnya. Posisikan diri anda pada orang-orang tersebut. Apakah anda masih mungkin menyalahgunakan kepercayaan itu? Jawabannya hanya anda dan Tuhan yang tahu. Saya hanya memberi pandangan dan pendapat saya. Anda sendiri juga mempunyai pendapat pribadi bukan? Itu adalah hak setiap orang.

Kamis, 08 Maret 2012

PENILAIAN, PILIHAN DAN PROSES

"Kamu tahu gak, aku capek kalau setiap saat kamu nuntut aku ini dan itu". Seorang gadis menyatakan protes di hadapan kekasihnya. Namanya Sarah. Sudah sebulan mereka bertengkar karena masalah yang itu-itu saja. Bukan apa-apa. Sarah merasa Alan - kekasihnya - terlalu menuntutnya lebih, diluar batas kemampuannya. Sebaliknya, Alan merasa apa yang dia minta selama ini pada Sarah adalah hal yang Alan butuhkan. Dia butuh Sarah untuk menjadi lebih dewasa. Alan merasa kecewa dengan sikap Sarah. Sarah merasa tertekan dengan permintaan Alan.

"Kamu mau nya apa sih, yang? Apa bisa kamu rinci?" Sarah mendesak. "Kamu kan udah gede, kamu pikir aja sendiri." jawaban Alan gak sesuai dengan harapan Sarah. Sarah menyerah. Sekuat apapun dia berusaha, Alan pasti menganggapnya salah. Alan juga punya pendapat sendiri, sekuat apapun dia meminta Sarah berubah, Sarah tak akan berubah.

"Yaudah. Kita putus aja ya. Mungkin kita masih butuh waktu." Alan menatap gadisnya tak percaya. Sarah sudah menangis. Buatnya ini bukan keputusan yang dia mau. Dia hanya berpikir tak bisa menjadi apa yang Alan mau. Alan sudah terlanjur marah. Alan berharap Sarah akan berusaha lagi, tapi dia malah memilih berpisah. Alan pergi, dan Sarah hanya duduk. Mengharapkan Alan berbalik, dan memintanya memulai kembali. Tapi Alan tak akan kembali, tidak untuk saat ini atau tidak untuk selamanya.

Pilihan itu adalah keputusan kita masing-masing. Untuk sebuah pilihan yang akan diambil dan sudah diambil, ada proses di dalamnya. Sebelum kita memutuskan sesuatu, kita akan berpikir dampak dan resikonya. Ini adalah sebuah proses. Saat kita sudah memutuskan pilihan, kemudian ada yang berpihak dan ada yang tidak. Ini juga adalah proses. Proses dimana adaptasi dibutuhkan setelah keputusan itu diambil. Proses dimana resiko dan dampak yang ada diterima satu per satu.
Di dalam proses, kita juga akan memikirkan banyak hal. Yang terpenting dalam proses ini adalah berpikirlah dari banyak sisi yang berbeda. Sarah dan Alan hanya berpikir dari sisi masing-masing, sehingga keputusan yang diambil justru menyakiti keduanya. Tapi itu baik, sehingga akan ada proses dimana mereka akan mulai memikirkan keputusan itu kembali. Dan sebaiknya mereka saling menilai dari sisi sebaliknya. Bagaimana Sarah jika Alan tak sedewasa yang Sarah mau, dan bagaiman Alan jika tuntutan Sarah terlalu berat untuk diikutinya. Lagi-lagi semua adalah proses. Proses membutuhkan waktu. Pikirkanlah.