Selasa, 31 Mei 2011

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA???

Siapa yang ingat kalau hari ini adalah hari lahir Pancasila? Sebagian besar sudah pasti ingat bukan? Ya. Hari ini tanggal 1 Juni adalah hari lahir Pancasila. Coba kita ulangi lagi apa isi dari Pancasila itu (silahkan ulangi dalam hati. ^^)
Mari menyoroti sila kelima "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia." Sila ini seharusnya menjdi tolak ukur untuk kita melihat keadaan rakyat Indonesia, tentunya rakyat kecil donk! Bukan mereka yang duduk enak di ruangan ber-AC atau mereka yang dengan nyaman bisa kemana-mana menggunakan mobil mewah plus supir.
Dimulai dari rakyat kecil yang membutuhkan transportasi. Apakah anda sudah pernah menaiki kereta api kelas ekonomi? Sudahkan anda melihat keadaan di dalam gerbong kereta itu? Layakkah menurut anda? Jawabannya, TIDAK. Bagaimana kita mengatakan ruangan yang penuh dan sesak ditambah tidak hanya manusia, melainkan hewan pun ikut menumpang bersama manusia di dalamnya, adalah sebuah transportasi yang layak? Apakah ini keadilan sosial?
Selanjutnya kita beralih pada pendidikan. Di kota-kota besar tidak perlu diragukan lagi bagaimana baiknya gedung sekolah dan fasilitasnya. Di daerah berkembang juga masih bisa dikatakan cukup baik, untuk sarana dan prasarananya. TAPI, apakah kita pernah memperhatikan mereka yang tinggal di daerah terpencil dan kurang disentuh? Contohnya adalah daerah Malimbi, Sumbawa. Tahukah anda, bahwa untuk sekolah saja, anak-anak SD yang usianya masih muda itu harus menanggalkan baju untuk menyeberang sungai sehingga tidak basah demi menuntut ilmu. Mereka menerjang bahaya di sungai yang kemungkinan besar masih dihuni buaya. Ini dilakukan tiap hari. Tidak ada jembatan, tidak ada perahu. Mereka menyeberang dengan berjalan kaki. Apakah para pemimpin kita yang baik, atau bahkan kita sendiri pernah membayangkan bagaimana rasanya jadi mereka? Saya rasa TIDAK. Karena kita sudah terlebih dahulu dimanjakan dengan kelengkapan fasilitas. Kalau mereka di Sumbawa harus menyeberang sungai demi sekolah. Ada lagi anak-anak yang harus rela sekolah di lapangan terbuka karena gedung sekolah mereka yang rusak. Ada lagi bahkan yang harus tidak bersekolah karena hujan. Atap sekolah mereka tidak utuh seperti sekolah-sekolah di kota. Bahkan, tahukah anda ada banyak anak-anak yang bahkan tidak bersekolah karena tidak ada biaya untuk sekolah. Saya belum melihat fungsi dari sekolah gratis yang dicanangkan pemerintah. Pendidikan kita sudah berkeadilan sosial kah?
Transportasi sudah, Pendidikan sudah, kira-kira apalagi yang secara realita tidak sesuai dengan keadilan sosial dalam Pancasila? Ya. Pelayanan Kesehatan. Salah satu hal yang juga sangat penting untuk rakyat. Untuk mendapatkan kesehatan yang cukup saja kita masih harus mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Program Askes tidak serta merta bisa membantu mereka yang tidak mampu. Bagaimana dengan ibu yang melahirkan anaknya dengan susah payah, namun akhirnya tidak diperbolehkn melihat anaknya hanya karena tidak mampu membayar biaya persalinan? Apakah ini keadilan sosial? Lalu bagaimana dengan mereka yang anak-anaknya akhirnya harus terbaring lemah begitu saja di rumah karena ditolah oleh rumah sakit akibat tidak mampu membayar biaya administrasi? Apakah begini cerminan keadilan sosial?
Saya tidak paham keadilan sosial di mata para pemimpin kita. Tapi untuk saya keadilan sosial adalah terutama untuk rakyat, bukan untuk pribadi sendiri. Itu adalah hal yang saya junjung jika saya menjadi seperti para pemimpin kita. Untungnya saya tidak harus menjadi mereka. Tak hanya mereka, kita pun harusnya melihat ke bawah kita. Melihat mereka yang mengulurkan tangan meminta bantuan kita, agar kita juga bisa mengulurkan tangan, UNTUK MEMBANTU MEREKA.

Jumat, 11 Februari 2011

ANAK INDONESIA, ANAK YANG JUARA

Nonton berita tentang Fahma, Hania, Yahya dan dua temannya lagi. Muncul dengan karya yang mendunia, membawa nama Indonesia. Sepertinya Ibu pertiwi bisa sedikit berbangga karena masih ada generasi mudanya yang bisa berkarya hingga ke kancah dunia.
Salut sama anak-anak ini, dengan umur yang sangat muda, menciptakan sesuatu yang sangat berguna dan baik untuk anak-anak dan orang dewasa. Prinsip Fahma, "lebih menyenangkan menciptakan juara baru.", sebaiknya dijadikan teladan sama pemimpin kita. Tidak berpikir untuk memperoleh keuntungan sendiri, tapi memikirkan manfaatnya untuk orang lain. Kalau kelak anak-anak ini menjadi pemimpin negara, mungkin akan ada perubahan yang baik.

Semoga saja pemimpin kita melihat lebih banyak lagi generasi-generasi jenius seperti  mereka, dikembangkan dan disekolahkan, TANPA punya pikiran untuk ambil manfaat pribadi. mereka ASSET yang berharga untuk negara. masih banyak lagi yang belum terlihat seperti mereka, Para pemimpin kami yang baik, mulailah mencari generasi muda kita yang lainnya, yang bisa memberikan kebanggaan untuk bangsa.

Senin, 31 Januari 2011

Mengalah Bukan Berarti KALAH

Ada saatnya kita harus mengalah untuk menang. Kira-kira seperti itulah sebuah kalimat bijak yang pernah aku dengar, bahkan sering diungkapkan Ayah ku kalau sedang menasehati.
Dalam hal apapun, kita tidak harus selalu menjadi nomor satu atau menjadi pemenang. Karena kemampuan kita yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh hal tersebut.
Kalau misalnya kita kecewa pada sesuatu yang sudah kita perjuangkan, relakan saja dan percaya ada hal yang lebih baik yang Tuhan rencanakan untuk kita. Tidak ada yang buruk yang Dia berikan pada kita, semua indah pada waktunya.

Mengapa posting hal seperti ini?
Karena hal ini penting, lho. Kalau kekecewaan itu berlebihan, mendominasi pikiran kita, kemudian membuat kita kesal dan merasa marah, maka kita akan memikirkan hal yang jelek, prasangka yang buruk tentang orang lain dan bahkan tentang diri kita sendiri. Maka dari itu, agar energi negatifnya gak tersalur, kita butuh dukungan dari orang-orang terdekat, orangtua misalnya. Berbagi dengan orangtua itu hal yang baik, lho. Karena sekalipun mereka pasti akan bicara panjang lebar, tapi mereka akan memberikan dukungan dan kelegaan yang baik lho. Coba saja kalau stress atau sedang ada masalah, tujuan pertama curhat ortu, pasti lega deh.

Hal penting lainnya, mengalah lebih baik daripada keras kepala. Ego dan Emosi itu bukan penyelesaian yang baik lho. Mengalah bukan berarti Kalah. Justru dengan mengalah, kita bisa jadi pemenang yang tak terduga. bisa jadi seseorang yang dipandang. Maka, cobalah mengalah jika memang mengalah itu dibutuhkan saat itu juga. Ingat! Jangan pernah berpikir untuk mengalah tapi kemudian menyerah dan patah semangat. Mengalah lah, tapi jangan surutkan semangat kita untuk maju.

Ini hanya sedikit pengalaman yang mau saya bagiin. semoga berguna ya. Masalah dan Rasa kecewa itu hanya pengganggu kecil yang bakal menghambat ide dan semangat mu. jangan mau dikalahkan sama hal kecil itu ya. Fighting!!

Rabu, 19 Januari 2011

Hukum di Negara Kita bisa dibeli.

Kasus Gayus Tambunan sedang marak dibicarakan. Mulai dari diusutnya kasus tentang penggelapan uang pajak sampai vonis hukuman baru-baru ini.
Om Gayus sudah memperoleh uang sekian milyar dan bahkan sudah punya rumah mewah. selama proses hukumnya juga om Gayus masih saja melakukan tindak koruptor. Sekalipun dia tahanan, tapi tetep aja bisa jalan-jalan ke Bali sama Singapore. enak banget sih jadi dia. gampang ngeluari uang bahkan gampang beli hukum di negara kita.
Baru-baru ini vonis hukuman untuk Om Gayus sudah keluar, dan tahu apa yang terjadi? Gayus hanya diberikan hukuman 7 tahun penjara dan denda 300 juta rupiah. hebat kan? korupsi sekian M, cuma didenda 300 juta. gak seberapalah sama Om Gayus. hebatnya lagi, hukuman penjaranya sama kayak orang yang nyuri ayam.
Alasan hakim hebat Albertina Ho yang menjadi hakim dalam kasus gayus klise dan gak masuk akal. sekalipun gayus masih muda dan punya anak kecil mah bukan alasan, Ibu. koruptor ya koruptor. mau dia membantu lancarnya persidangan tetap saja dia koruptor. Jaksa penuntut umum saja sudah bilang gak ada yang meringankan hukuman gayus. kenapa Ibu malah banyak banger alasan buat meringankan ya? berarti kalo ada lagi yang nyuri ayam atau kakao, gak usah dihukum penjara aja ya, apalagi kalo yang nyuri udah tua banget.

Intinya, masih gak ada keadilan soal hukum di negara tercinta kita. Hukum masih bisa dibeli. Masih gak jelas keadilan hukum sekalipun digembar-gemborkan soal keadilan itu. orang yang punya duit bisa bebas melakukan apa yang dia mau. yang gak punya duit ya gigit jari gak bisa apa-apa.
sebagai generasi muda dan mahasiswa, saya kecewa sama hukum di Indonesia, apalagi sama para pejabat yang duduk di pemerintahan. kalo begini kapan Indonesia mau maju? Jawab sendiri saja.
Akhir kata, Selamat buat Om Gayus ya.