Kamis, 06 Juni 2013

Untuk Hujan

"Kau tak menjanjikanku aku tak ada panas yang menyakitkan, kau juga tak menakuti aku dengan banjir yang besar. Kau hanya cukup meyakinkan aku untuk bertahan dalam lega saat ini."


Aku pernah berjanji pada seseorang, tak akan membiarkannya kehilangan lagi untuk kedua kalinya.
Aku berjanji padanya, ia akan bahagia bersamaku.
Aku memberikannya sayap yang indah, mengajarinya terbang,
agar ia memandang dunia dari atas, membuatnya bahagia.
Aku membuatnya bermimpi, Ia pasti tak akan kehilangan, lagi.

Ia tak berjanji apa-apa padaku, sedikitpun.
Ia membuat aku tersenyum, bersemu merah, dan cemburu.
Aku pernah jera merasakannya, aku pernah berhenti berharap merasakannya.
Ia seperti hujan. Membuatku merasakan kelegaan luar biasa.
Ia memang hujan. Memberikan aku kesejukan di gersang nya hati yang ditinggalkan.

Suatu saat, aku harus memilih.
Pilihan yang akhirnya menyakitinya.
Pilihan yang membuat aku melanggar semua janjiku. Semua tanpa sisa.

Aku membuatnya menangis.
Aku membuatnya memohon padaku.
Aku mematahkan sayap indahnya, bahkan sebelum ia bisa terbang.
Aku membuatnya bangun, bahkan sebelum ia sempat bermimpi "Ia tak akan kehilangan."
Aku menciptakan kehilangan baru untuknya.
Kehilangan yang lebih pahit, ketika ia mampu melihatku, mampu menyentuhku,
tapi tak pernah bisa dilakukannya, karena aku milik orang lain.
Ia kehilangan aku, untuk ia relakan pada orang lain.

Aku memilih menyakitinya,
ketika aku mencintainya.


untuk hujan,
maafkan aku ketika aku membuatku kehilangan cinta lagi.
aku merindukanmu.