Senin, 31 Januari 2011

Mengalah Bukan Berarti KALAH

Ada saatnya kita harus mengalah untuk menang. Kira-kira seperti itulah sebuah kalimat bijak yang pernah aku dengar, bahkan sering diungkapkan Ayah ku kalau sedang menasehati.
Dalam hal apapun, kita tidak harus selalu menjadi nomor satu atau menjadi pemenang. Karena kemampuan kita yang sesungguhnya tidak dipengaruhi oleh hal tersebut.
Kalau misalnya kita kecewa pada sesuatu yang sudah kita perjuangkan, relakan saja dan percaya ada hal yang lebih baik yang Tuhan rencanakan untuk kita. Tidak ada yang buruk yang Dia berikan pada kita, semua indah pada waktunya.

Mengapa posting hal seperti ini?
Karena hal ini penting, lho. Kalau kekecewaan itu berlebihan, mendominasi pikiran kita, kemudian membuat kita kesal dan merasa marah, maka kita akan memikirkan hal yang jelek, prasangka yang buruk tentang orang lain dan bahkan tentang diri kita sendiri. Maka dari itu, agar energi negatifnya gak tersalur, kita butuh dukungan dari orang-orang terdekat, orangtua misalnya. Berbagi dengan orangtua itu hal yang baik, lho. Karena sekalipun mereka pasti akan bicara panjang lebar, tapi mereka akan memberikan dukungan dan kelegaan yang baik lho. Coba saja kalau stress atau sedang ada masalah, tujuan pertama curhat ortu, pasti lega deh.

Hal penting lainnya, mengalah lebih baik daripada keras kepala. Ego dan Emosi itu bukan penyelesaian yang baik lho. Mengalah bukan berarti Kalah. Justru dengan mengalah, kita bisa jadi pemenang yang tak terduga. bisa jadi seseorang yang dipandang. Maka, cobalah mengalah jika memang mengalah itu dibutuhkan saat itu juga. Ingat! Jangan pernah berpikir untuk mengalah tapi kemudian menyerah dan patah semangat. Mengalah lah, tapi jangan surutkan semangat kita untuk maju.

Ini hanya sedikit pengalaman yang mau saya bagiin. semoga berguna ya. Masalah dan Rasa kecewa itu hanya pengganggu kecil yang bakal menghambat ide dan semangat mu. jangan mau dikalahkan sama hal kecil itu ya. Fighting!!

Rabu, 19 Januari 2011

Hukum di Negara Kita bisa dibeli.

Kasus Gayus Tambunan sedang marak dibicarakan. Mulai dari diusutnya kasus tentang penggelapan uang pajak sampai vonis hukuman baru-baru ini.
Om Gayus sudah memperoleh uang sekian milyar dan bahkan sudah punya rumah mewah. selama proses hukumnya juga om Gayus masih saja melakukan tindak koruptor. Sekalipun dia tahanan, tapi tetep aja bisa jalan-jalan ke Bali sama Singapore. enak banget sih jadi dia. gampang ngeluari uang bahkan gampang beli hukum di negara kita.
Baru-baru ini vonis hukuman untuk Om Gayus sudah keluar, dan tahu apa yang terjadi? Gayus hanya diberikan hukuman 7 tahun penjara dan denda 300 juta rupiah. hebat kan? korupsi sekian M, cuma didenda 300 juta. gak seberapalah sama Om Gayus. hebatnya lagi, hukuman penjaranya sama kayak orang yang nyuri ayam.
Alasan hakim hebat Albertina Ho yang menjadi hakim dalam kasus gayus klise dan gak masuk akal. sekalipun gayus masih muda dan punya anak kecil mah bukan alasan, Ibu. koruptor ya koruptor. mau dia membantu lancarnya persidangan tetap saja dia koruptor. Jaksa penuntut umum saja sudah bilang gak ada yang meringankan hukuman gayus. kenapa Ibu malah banyak banger alasan buat meringankan ya? berarti kalo ada lagi yang nyuri ayam atau kakao, gak usah dihukum penjara aja ya, apalagi kalo yang nyuri udah tua banget.

Intinya, masih gak ada keadilan soal hukum di negara tercinta kita. Hukum masih bisa dibeli. Masih gak jelas keadilan hukum sekalipun digembar-gemborkan soal keadilan itu. orang yang punya duit bisa bebas melakukan apa yang dia mau. yang gak punya duit ya gigit jari gak bisa apa-apa.
sebagai generasi muda dan mahasiswa, saya kecewa sama hukum di Indonesia, apalagi sama para pejabat yang duduk di pemerintahan. kalo begini kapan Indonesia mau maju? Jawab sendiri saja.
Akhir kata, Selamat buat Om Gayus ya.